Rabu, 27 Juni 2007

Feature

Pusong, Desa dan Duka Ditengah Laut
Catatan : Bahtiar Husin/270607
LANGSA--Pusong adalah sebuah desa terpencil berbentuk pulau yang berada di tengah laut dengan nama Desa Teulaga Tujuh dan berbatasan dengan pintu laut selat Malaka. Geografisnya pun terletak di sebelah timur Kota Langsa dan dalam hukum pemerintah Kota, Pusong berada di wilayah Kecamatan Langsa Timur.
Disebut dengan dengan Desa Teulaga Tujuh, karena di sana memang ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa pulau kecil yang berada berdekatan dengan Pusong tersebut merupakan tempat bersemanyamnya para Aulia tujuh kala dahulu. dan telaga yang dimaksudkan merupakan tempat pemandian dari aulia-aulia tersebut. namun bila kita datang untuk memastikan keberadaan telaga itu, maka hal itu tidak akan terjadi. karena memang telaga tersebut hanya akan terlihat bila seseorang tersesat di pulau kecil itu dengan tujuan yang baik, bukan refresing atau hura-hura.
Karenanyalah Pusong dinamakan Desa Teulaga Tujuh untuk mengenang sebuah legenda lama yang memiliki tuah bagi masyarakat di sana. Juga untuk mewariskan kemuliaan dari Aulia-aulia tersebut kepada desa dan masyaratnya.
Desa Teulaga Tujuh dengan luas area lebih kurang empat hektar dan berada di tengah laut itu memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) 700 orang dengan total jiwa lebih kurang 3.500 jiwa (Semua umur). Manyoritas masyarakat disana bermatapencaharian sebagai nelayan, satu dua orang diantara mereka (warga Pusong-red) ada juga yang menjadi PNS atau pengusaha.
Kehidupan warga disana saban hari disibukkan dengan aktivitas kelautan dan perikanan (bukan Dinas Kelautan dan Perikanan). Sehingga hampir tidak ada waktu luang buat mereka (nelayan) untuk bersantai atau berlibur keluar daerah. Karena bagi mereka profesi dan laut sudah menjadi hiburan yang menyenangkan dan mengasyikkan.
Karakter masyarakat Pusong sesuai dengan kondisi alamnya, lebih didominasi dengan bahasa lantang dan tegas serta spontan dalam suatu emosi. Namun dibalik kelantangan dan ketegasan itu terselip kelembutan dan keramahan kepada tamu yang berkunjung kedaerah atau desanya. Dengan tetap menjalankan adat Peumulia Jame (memuliakan tamu-red) bagi setiap tamu yang berkunjung kedesanya.
Siang itu sekira pukul 10:00 WIB Rakyat Aceh mencoba menyapa secara langsung desa terpencil tersebut. dengan perbekalan hanya sebuah camera digital murahan, satu noot book dan pulpen mulai menjelajahi jalan hitam dari Kota Langsa ke dermaga Kuala Langsa dengan menumpang pada angkot jurusan Langsa - Kuala Langsa. Selanjutnya dari dermaga kedesa Teulaga Tujuh itu transportasipun berganti dari kendaraan roda ke kendaraan baling (perahu penyeberangan-red).
Perlu digambarkan bahwa jalan menuju ke dermaga Kuala Langsa dari Kota memiliki jarak lebih kurang 12 Kilometer dan sepanjang jalan buntu tersebut ditumbuhi pohon bakau (manggrof) pada sisi kiri dan kanan jalan. Juga sebelum mencapai ke dermaga terlebih dahulu melewati Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Timur

Tidak ada komentar: